BOOKING TIKET PESAWAT

Bahan Bakar Minyak

Bahan Bakar Minyak. Info sangat penting tentang Bahan Bakar Minyak. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Bahan Bakar Minyak

Bahan Bakar Minyak

Seperti biasa, setiap mengisi tangki sepeda motor saya yang hampir kosong, saya hanya butuh bensin seharga Rp.10.000,-. Di Bunyu, dengan jumlah uang segitu, saya cuma mendapat bensin kurang dari 2 liter. Kurang sedikit. Begitu harga BBM naik tempo hari, kurangnya jadi lebih banyak. Tapi saya tetap saja beli bensin dengan membayar Rp. 10.000,-. Percayakah Anda bahwa itu cukup untuk kebutuhan selama seminggu? Saya sarankan, sebaiknya Anda percaya.

Pulau Bunyu adalah pulau yang kecil. Jika semua jalan beraspal yang ada di pulau ini dijadikan satu (disambung-sambung, bukan ditumpuk, apalagi diuntel-untel), panjangnya ndak akan lebih dari 50 Km. Dan saya hanya memerlukan 15% dari jalan sepanjang itu setiap harinya. Koq bisa? Ya bisa dong. Jarak antara rumah dengan kantor kurang dari 2 Km. Jadi, sepeda motor saya sama sekali ndak terpengaruh dengan kenaikkan harga bbm. Setidaknya belum.

Tapi lepas dari cerita sepeda motor saya itu, pengaruh kenaikkan harga bbm sudah membuat jidat jadi mengkerut. Contohnya, harga tiket speedboat reguler yang biasanya 60 ribu rupiah, sekarang naik jadi 75 ribu. Apa boleh buat, kata mas Andri yang tadi siang nyeberang ke Tarakan. Masa' mau berenang? Terpaksa deh beli tiket itu juga. Meskipun harganya sudah nambah 15 ribu rupiah. Untungnya saya jarang punya keperluan yang mengharuskan saya untuk menyeberang ke Tarakan. Untuk sementara, saya masih belum terpengaruh dengan kenaikkan harga bbm.

Sekarang ngomongin tentang Blu Energy yang sempat menghebohkan itu. Yang konon sempat dipromosikan pada konferensi PBB tentang perubahan iklim yang diselenggarakan di Bali. Pertama kali saya dengar tentang Blue Energy, saya cuek beibeh. Saya fikir itu di Amerika sana, nyampai ke Indonesia masih lama. Tapi saya melongo setelah tahu kalau penemu blue energy itu orang Nganjuk. Barangkali masih tetanggaan sama orang tua ibunya Nanda.

Tau ndak, saya jadi terharu saat mendengar penemu blue energy ternyata orang Indonesia. Saya merasa bangga sekali. Biarpun ganteng, saya ini sangat nasionalis lho. (lebih baik memuji diri sendiri, dari pada menjelek-jelekan orang lain - red). Tapi setelah saya tunggu-tunggu, koq ndak ada kelanjutan dari blue energy itu ya. Padahal saya sudah mbayangkan kalau blue energy sudah diproduksi secara massal, kita pasti terlepas dari banyak masalah. Misalnya subsidi bbm bisa dihapus tanpa menimbulkan aksi demo. Lalu dana itu bisa dialihkan untuk keperluan lain. Enak ya. Tapi nyatanya?

Mulut saya yang tadinya melongo karena happy dengar adanya blue energy, sekarang jadi merapat, mingkem. Mungkin nanti jadi melongo lagi, tapi karena kecewa. Lha koq ya ada pihak yang dengan teganya nyebarin cerita itu. Yang membuat banyak orang, termasuk saya, jadi punya mimpi bahwa Indonesia akan jadi pelopor pemakaian energi yang ramah lingkungan dan super efisien. Yang bisa membuat kita bilang, goode by, fossil energy. Apa iya, blue energy itu cuma program propaganda dari istana sana?

Akhirnya saya cuma bisa menyadari bahwa kehidupan saya sudah terpengaruh dengan naiknya harga bbm. Sadar kalau bakal ngeluarin biaya hidup yang lebih banyak dibanding hari kemarin. Sadar, betapa kita harus makin keras berjuang melanjutkan kehidupan ini. Kelanjutan bangsa dan negeri ini.

Koq jadi melankolis begini? Kayak lagu pop tahun 80an aja. Sekarang lagi ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ayo, tetap semangat..!!!


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger