BOOKING TIKET PESAWAT

wartawan

wartawan. Info sangat penting tentang wartawan. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai wartawan

wartawan. Pulau Bunyu Kalimantan Timur. Di otobiografinya ini, Martin menumpahkan rangkaian petualangan hidupnya yang mengekspos dilema-dilema yang dihadapi seorang jurnalis di wilayah konflik. Dia mengupas teror bunuh diri, kelaparan, dan perang dari perspektif yang berbeda dari kebanyakan jurnalis. Dia tidak kagok berdekatan dengan tokoh-tokoh antagonis seperti panglima perang Somalia Mohammad Farrah Aidid atau para aktivis Palestina, termasuk para pemuda Brigade al-Aqsa. Tetapi dia juga tak pernah kehilangan pandangan jernih, kekritisan dan independensinya.

"Saya ngeri dengan kekerasan, simpati kepada korban, memahami peneror yang adalah juga korban yang terperangkap oleh lingkaran kebencian sejak mereka dilahirkan," katanya merujuk aksi bom bunuh diri warga Palestina.

Dia lukiskan dilema itu lewat tuturan seorang ibu Israel, Nurit Peled-Elhanan, yang anaknya menjadi korban bom bunuh diri.

Ditelepon PM Israel Benjamin Netanyahu yang hendak berbelasungkawa, Nurit menampik. "Dia (Netanyahu) berpikir seperti teroris. Saya menyalahkannya karena membuat peneror bunuh diri terinspirasi oleh pandangan (politiknya)."

Semakin senja, Martin kian menolak eskpos dentuman meriam, salak senjata, atau derap langkah tentara sehingga ketika meliput Sudan dan Kosovo, dia begitu bergairah menggambarkan pada dunia betapa manusia di bagian lain menderita karena lapar, kebrutalan perang dan diabaikan.

Dia merasa sudah tugasnya memperlihatkan dan melaporkan pada dunia apa yang terjadi, sekaligus belajar dari situ. "Saya bukan polisi, saya tak mampu menawari jawaban, tapi saya bisa membantu korban menyampaikan apa yang menjadi pertanyaan mereka sampai mereka tahu dunia mempedulikan mereka."

Untuk itu, dia videografikan habis-habisan Fida, bocah Sudan yang sekarat dan digendong ayahnya ke tenda pengungsi setelah berjalan sejauh 120 mil. Dia tampilkan Fida agar dunia tergugah pada derita Afrika. Pun ketika di Kosovo, dia close up Yehona, gadis cilik yang tercerabut dari keluarganya setelah kampungnya dibabat para pembunuh rasialis.

Martin juga kerap menjadi orang pertama yang mengekspos bukti kekejaman perang dan konflik bersenjata sehingga dunia tergugah. Semakin tua, disamping semakin humoris dan gemar menertawai petualangan hidupnya yang gemar menantang maut, tidak berubah narsis, Martin kian dekat pada orang-orang yang dinistakan oleh dunia, oleh pemimpin, tatanan dan media massa. Dia menjalani evolusi, dari seorang jurnalis petualang, menjadi guru yang melihat semua hal dari segala sudut.

Di akhir bagian bukunya, dia menulis, "Di dunia yang terobsesi selebritis, kemewahan, dan (kisah) sukses, saya fokus pada mereka yang terpinggirkan dan menjadi korban. Kini saya yakin bahwa kerjaku adalah juga berupa perjalanan mencapai penemuan, dalam mana saya berupaya memahami derita keluargaku sendiri dengan menjadi saksi dan menyelami penderitaan orang lain."

Asal tahu saja, hampir seluruh keluarga kedua orangtua Martin musnah dihabisi Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger