BOOKING TIKET PESAWAT

Nasihat

Nasihat. Info sangat penting tentang Nasihat. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Nasihat

Tadi siang menjelang sore saya menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan adik. Adik saya itu bertanya tentang teori tanpa praktek. Semula saya sempat menjadi heran dengan yang dia tanyakan itu. Tapi saya jadi teringat bahwa kemarin saya sempat mengatakan tentang situasi dimana seseorang memberikan nasihat kepada orang lain. Menurut saya, nasihat yang baik adalah nasihat yang mudah untuk dilaksanakan. Kalimat "mudah untuk dilaksanakan" disini akhirnya jadi tergantung kepada siapa nasihat itu diberikan. Mungkin Anda bisa membayangkan sendiri jika Anda memberikan nasihat yang berbunyi : jangan pernah mengkonsumsi minuman keras karena selain dilarang dalam ajaran agama, juga sangat tidak baik bagi kesehatan. Bagi orang-orang yang bukan konsumen minuman keras, nasihat ini menjadi sangat mudah dilaksanakan. Tapi untuk sebagian besar orang yang terbiasa mengkonsumsi minuman keras, justru terjadi penolakan. Melihat contoh kasus diatas, berlakulah apa yang disebut pendekatan persuasif. Nasihat yang lebih bersifat sebagai ajakan dengan nada yang bersahabat. Sering kali kita menjadi harus menempatkan diri pada posisi seseorang yang kita nasihati. Seolah-olah diri kita menjadi dirinya. Dengan cara ini kita bisa lebih memahami mengapa orang itu menjadi sulit untuk menerima ajakan kita. Misalnya dalam hal menghentikan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras tadi. Seorang yang pernah menjadi peminum dan bisa menghentikan kebiasaan buruknya tersebut biasanya yang lebih berhasil untuk mengajak orang lain agar tidak mengkonsumsi minuman keras lagi. Pada banyak hal yang lain, kecenderungan seperti diatas sering terjadi. Orang yang bisa memberikan bukti akan menjadi lebih mudah diterima ajakannya. Seorang dokter akan lebih diterima saat memberikan himbauan untuk hidup dengan cara sehat, misalnya. Meskipun ada ungkapan yang berbunyi : jangan melihat siapa yang berbicara, tapi dengarkan apa yang dibicarakannya. Dengan kata lain, intan akan tetap menjadi intan meskipun terbenam didalam lumpur. Tapi kebanyakan orang cenderung melihat siapa yang berbicara. Pembicara itu punya otoritas atau tidak, punya kredibilitas atau tidak. Jika tidak memenuhi kriteria itu, para pendengar merasa hanya buang-buang waktu saja untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh si pembicara. Saya pribadi cenderung mendukung anggapan itu. Dalam arti pemberi nasihat tidak harus memiliki otoritas, tapi minimal selalu melakukan apa yang dia sarankan. Dan ini memang sesuai dengan yang diajarkan dalam keyakinan yang saya anut (Islam) bahwa sebaik-baik dalam berdakwah (menasihati/mengajak) adalah dengan memberikan teladan. Jika seorang atasan ingin agar bawahannya bekerja dengan rajin, maka si atasan harus rajin mengerjakan tugas-tugasnya juga. Jika seorang ayah ingin anak-anaknya mematuhi tata-tertib dan tugas mereka di rumah, maka si ayah harus memberikan contoh setiap hari. Anak-anak pasti mengikuti apa yang biasanya ayah mereka lakukan. Ini cuma tulisan iseng dari obrolan ngalor-ngidul saja antara saya dan adik saya. Dari pada hilang dari ingatan saya, lebih baik saya dokumentasikan menjadi posting pada blog saya ini.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger